Status pernikahan orang yang mati suri...

Bagaimana status pernikahan orang yang mati lalu hidup lagi…!!!
Deskripsi Masalah:
Di desa suka makmur ada seorang lelaki paruh baya yang meninggal dunia dikarenakan sakit parah, menurut analisa dokter pun lelaki tersebut sudah tidak lagi bernyawa.
Setelah dibawa kerumah duka, jenazah lelaki itu pun di mandikan, dikafani, dan di sholatkan. Dan ketika hendak dikebumikan, sang istri pun mencegah untuk menguburkan mayat suaminya, dengan alasan, anaknya yang ada di pesantren belum sampai di rumah dan masih dalam perjalanan.
Dalam penantian menunggu anaknya sampai dirumah, ternyata jenazah yang sudah siap dikebumikan itu bergerak sendiri, bahkan mengeluarkan suara “aku ngopo iki, og koyo wong mati…???”
Ucap mayat yang masih dalam bungkus kain kafan.
Ternyata… jenazah itu hidup lagi, dan hadirin pun banyak yang lari, dikarenakan takut.
Yang menjadi kejanggalan adalah:
  • Apakah istri dari lelaki yang mati lalu hidup lagi tersebut masih menjadi istrinya..???
  • Bagaimana hukum harta warisan dari orang yang mati tapi hidup lagi..???

Jawaban:
Orang yang benar-benar sudah mati (mati haqiqi) kemudian benar-benar hidup lagi dengan hidup yang haqiqi pula, maka hidupnya yang kedua adalah kehidupan yang baru, dan apapun yang dimilikinya semasa hidupnya yang pertama tidak bisa dikembalikan di kehidupan yang kedua. Ketika orang tersebut mati dengan nyata, maka istri dan peninggalannya (warisan) sudah bukan menjadi miliknya lagi. Sehingga jika ia ingin kembali bersama istrinya semasa hidup yang pertama, maka ia (orang yang hidup kembali) harus menikahi istrinya lagi.

Bagaimana status pernikahan orang yang mati suri
Baca juga:

Apabila seseorang mati dengan mati yang haqiqi, kemudian jenazahnya dirawat dan ia kemudian hidup lagi dengan kehidupan yang haqiqi, lantas orang tersebut mati lagi, maka wajib untuk mengurus jenazahnya lagi.
Dalam Fatawi Haditsiyah dijelaskan bahwa orang yang hidup lagi setelah ia benar-benar mati dengan khabar orang yang ma'shum hal ini menetapkan hukum orang yang mati sesungguhnya, seperti hartanya boleh diwaritsi, istrinya boleh menikah lagi dan lain-lain. Sedangkan hidup yang kedua tidak dianggap dan bila ia mati lagi setelah hidup yang kedua maka tidak wajib dimandikan dan disholati, namun hanya wajib dikuburkan.
Namun bila mati yang pertama belum jelas (sudah benar-benar mati atau belum) maka ia dihukumi belum mati, tetapi dianggap sebagaimana orang yang pingsan (pernikahannya belum putus dan hartanya belum boleh diwaris).

Referensi:
  • Kitab Ianatut Tholibien
( فَرْعٌ آخَرُ ) لَوْ مَاتَ إنْسَانٌ مَوْتًا حَقِيقِيًّا وَجُهِّزَ ثُمَّ أُحْيِيَ حَيَاةً حَقِيقِيَّةً ثُمَّ مَاتَ فَالْوَجْهُ الَّذِي لَا شَكَّ فِيهِ أَنَّهُ يَجِبُ لَهُ تَجْهِيزٌ آخَرُ خِلَافًا لِمَنْ تَوَهَّمَهُ اهـ وَفِيْ ع ش مَا نَصُّهُ: وَفِي فَتَاوَى ابْنِ حَجّ الْحَدِيثِيَّةِ مَا حَاصِلُهُ أَنَّ مَنْ أُحْيِيَ بَعْدَ الْمَوْتِ الْحَقِيقِيِّ بِأَنْ أَخْبَرَ بِهِ مَعْصُومٌ ثَبَتَ لَهُ جَمِيعُ أَحْكَامِ الْمَوْتَى مِنْ قِسْمَةِ تَرِكَتِهِ وَنِكَاحِ زَوْجَتِهِ وَنَحْوِ ذَلِكَ وَأَنَّ الْحَيَاةَ الثَّانِيَةَ لَا يُعَوَّلُ عَلَيْهَا لِأَنَّ ذَلِكَ تَشْرِيعٌ لِمَا لَمْ يَرِدْ هُوَ وَلَا نَظِيرُهُ وَلَا مَا يُقَارِبُهُ وَتَشْرِيعُ مَا هُوَ كَذَلِكَ مُمْتَنِعٌ بِلَا شَكٍّ انْتَهَى أَيْ وَعَلَيْهِ فَمَنْ مَاتَ بَعْدَ الْحَيَاةِ الثَّانِيَةِ لَا يُغَسَّلُ وَلَا يُصَلَّى عَلَيْهِ وَإِنَّمَا يَجِبُ مُوَارَاتُهُ فَقَطْ وَأَمَّا إذَا لَمْ يَتَحَقَّقْ مَوْتُهُ حَكَمْنَا بِأَنَّهُ إنَّمَا كَانَ بِهِ غَشْيٌ أَوْ نَحْوُهُ ا هـ

  • Kitab Nihayatuz Zain
نهاية الزين ١٤٩
و لو مات موتا حقيقيا ثم جهز ثم احي حياة حقيقة ثم مات وجب تجهيز اخر

  • Kitab Bujairomi Alal Khotib

حاشية البجيرمي على الخطيب ج3 ص 260
(بعد موت مورثه) وقع السؤال عمن عاش بعد موته معجنزة لنبي أو كرامة لولي لم يعد ملكه اليه انتهى ق ل على المحلي.وقال بعضهم:بالعود لتبين بقاء ملكه لتركته ,وهو محمول على أنه بالإحياء تبين عدم موته:لكنه خلاف الفرض فى السؤال إذ لاتوجد المعجزة إلا بعد تحقق الموت وعند تحققه ينتقل الملك لورثة بالإجماع,فإذا وجد الإحياء كانت هذه حياة جديدة مبتدأة بلا تبين عود ملك,ويلزمه أن نسائه لو تزوجن أن يعدن له,وليس كذالك بل يبقي نكاهن الثاني.والحاصل أن زوال الملك والعصمة محقق وعوده مشكوك فيه فيستصحب زوالهما حتى يثبت ما يدل على العود ,ولم يثبت فيه شئ فوجب البقاء مع الأصل.

Itulah penjelasan yang bisa kita utarakan.
Perlu diingat, dan digarisbawahi perbedaan antara mati yang haqiqi (benar-benar mati) dan mati yang tidak haqiqi.
Semua bertitik berat pada keadaan matinya itu sendiri.
Adapun fokusnya adalah:

ويلزمه أن نسائه لو تزوجن أن يعدن له,وليس كذالك بل يبقي نكاهن الثاني.

Wallohu A'lam Bis Showab.

Belum ada Komentar untuk "Status pernikahan orang yang mati suri..."

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel