Jangan Mudah Menganggap Orang Lain Munafik.

Pertanyaan: 

Apakah benar kita tidak boleh dengan mudah menganggap orang lain munafik...??? 
Tolong dijelaskan...!!! 



Jawaban: 

Sebelum membahas tentang pertanyaan diatas, alangkah baiknya jika kita membahas tentang bagaimana tanda-tanda orang munafik terlebih dahulu. 
Adapun tanda-tanda orang munafik adalah: 

1. Apabila dia dipercaya, dia berkhianat.
2. Apabila berbicara, dia berdusta.
3. Apabila berjanji, dia tidak menepati.
4. Apabila bertengkar, dia curang (mau menang sendiri)

Sebagaimana Hadits Nabi.

عن عبد الله ابن عمرو ان النبي صلي الله عليه وسلم قال اربع من كن فيه كان منافقا خالصا ومن كانت فيه خصلة من النفاق حتي يدعها اذا اؤتمن خان واذا وعد اخلف واذا حدث كذب واذا عاهد غدر واذا خاصم فجر (رواه البخاري ومسلم)ء


Dalam Riwayat lain ada yang mengatakan:

عن ابي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال اية المنافق ثلاث اذا حدث كذب واذا وعد اخلف واذا اؤتمن خان 

Artinya: Dari Abi Hurairah Radhiyallahu Anhu , bahwa Rasulullah SAW bersabda : Tanda orang munafik ada tiga:
Apabila berkata, dusta, 
Apabila berjanji, ingkar,
Apabila diberi amanat, berkhianat.

Demikianlah tanda-tanda orang munafik, 
ada satu cerita, berhubungan dengan deskripsi pertanyaan diatas. yaitu:

Pada saat Bung Karno (Presiden Pertama Republik Indonesia) wafat, Buya Hamka diminta untuk mensholati jenazah nya. sebagian pihak mencegah Buya Hamka untuk mensholati jenazah Bung Karno dengan alasan Bung Karno adalah orang munafik, dan Allah telah melarang Rosul untuk mensholati orang munafik, berdasarkan dalam Al Qur'an surat At-taubah ayat 84. 

ولا تصل على احد منهم مات ابدا ولا تقم على قبره ، انهم كفروا بالله ورسوله وماتوا وهم فاسقون 


Artinya: Dan janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan sholat untuk seseorang yang mati diantara mereka (orang-orang munafik) selama lamanya dan janganlah engkau berdiri (mendoakan) diatas kuburnya, Sesungguhnya mereka ingkar kepada Allah dan rasul-Nya, dan mereka mati dalam keadaan fasiq.

Kemudian Buya Hamka menjawab kalem: "Rosulullah diberi tahu oleh Alloh siapa yang munafik itu, hla saya tidak diberi wahyu dari Allah apakah Bung Karno itu orang munafik atau tidak. maka Buya Hamka mensholati jenazah Bung Karno yang mana beliau adalah presiden pertama Republik Indonesia.

Itulah sikap ulama' sholeh , beliau sadar bahwa memberi label pada seseorang adalah hak prerogatif Allah. ciri-ciri orang munafik yang telah disebutkan, seharusnya menjadikan kita mawas diri, bukan malah digunakan untuk menyerang sesama muslim, apalagi hanya karena perbedaan pandangan politik.


Larangan buat Rosul untuk mensholati jenazah orang munafik itu dikarenakan doa Rosul Maqbul, jadi tidak selayaknya Rosulullah turut mendoakan orang munafik, akan tetapi para sahabat yang lain tetap mensholati orang yang diduga munafik tersebut, karena para sahabat tidak tahu dengan pasti kalau orang tersebut benar-benar munafik atau tidak. 
Rosulullah hanya menceritakan bocoran dari langit tentang siapa yang munafik itu kepada sahabat Hudzaifah, Hudzaifah tidak pernah mau membocorkan meski didesak oleh Sayyidina Umar bin Khattab, walhasil Umar pun tidak ikut mensholati jenazah bila dia melihat Hudzaifah tidak ikut mensholatinya. tetapi Umar sebagai Khalifah tidak pernah melarang sahabat lain untuk mensholati jenazah tersebut. Belajarlah kita dari Buya Hamka, Hudzaifah, dan sahabat Umar bin Khattab.

Masalah kepemimpinan ummat itu, bagi Ahlussunah wal jamaah (aswaja) bukan perkara akidah, lihat saja rukun iman dan rukun Islam kita tidak menyinggung masalah kepemimpinan. ini perkara siyasah, bukan aqidah.
Jadi Aswaja tidak akan mudah mengkafirkan atau memunafikkan orang lain, hanya gara-gara persoalan politik.
kalau ada yang sampai tega mengkafirkan sesama muslim hanya karena persoalan politik, bisa dipastikan dia bukan bagian dari aswaja.


Kitab aqidah Thahawiyah yang menjadi pegangan ulama salaf telah mengingatkan pada kita : 

لا ننزل احد منهم جنة ولا نارا، ولا نشهد عليهم بكفر ولا شرك ولا بنفاق ما لم يظهر منهم شيء من ذلك ، ونذر سرائرهم الى الله تعالى

"Kami tidak memastikan salah satu dari mereka masuk surga atau neraka, kami tidak pula menyatakan mereka sebagai orang kafir, musyrik atau munafik, selama tidak tampak lahiriah mereka seperti itu, kami menyerahkan urusan hati mereka kepada Allah SWT"

Begitulah berhati-hati nya ulama salaf menilai status keimanan orang lain. apa yang tampak secara lahiriah bahwa mereka itu sholat, menikah secara islam , berpuasa Ramadhan, maka cukup mereka dihukumi secara lahiriah sebagai muslim, dimana berlaku hak dan kewajiban sesama muslim, seperti berta'ziah, mensholatkan jenazah, dan menguburkannya.
masalah hati mereka, apakah ibadah mereka benar-benar karena Allah itu hanya Alloh yang tau.
itulah sebabnya Buya Hamka tidak ragu memimpin sholat jenazah Bung Karno.

Belakangan ini di medsos sering kali banyak yang berkomentar "anda muslim..?" untuk meragukan dan mempertanyakan keislaman orang lain hanya dikarenakan beda pendapat.
atau menjadi viral saat ini ajakan untuk tidak mensholatkan jenazah mereka yang memilih pemimpin non-muslim, karena dianggap sebagai orang yang munafik.
Penjelasan diatas telah menunjukkan bahwa sikap meragukan keislaman orang lain dan mudah memvonis orang lain Munafik adalah sikap yang tidak pantas dilakukan sesama muslim. para sahabat Nabi dan ulama salaf sangat berhati-hati dalam soal ini.

Mari kita jaga ukhuwah islamiah, ukhuwwah kebangsaan, dan ukhuwwah kemanusiaan.

Ditulis oleh: Nadirsyah Hosen
Rois Syuriah PCI NU Australia, New Zealand dan dosen Senior Monash Law School.

Sumber: http://www.nu.or.id/post/read/75551/jangan-mudah-menganggap-orang-lain-munafik

Belum ada Komentar untuk "Jangan Mudah Menganggap Orang Lain Munafik. "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel